Categories

Suka menulis? Baru mencoba untuk menulis?
Kembangkan keahlian menulismu dan kirimkan ke iqbal_gamala@yahoo.com . Syaratnya simpel, harus karyamu sendiri. Setelah disunting dan dinyatakan layak tampil, karyamu akan dipost di blog ini dan diberikan Hak Cipta atas namamu (Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 3.0 Unported License).

Love to write? or just getting started to write?
Improve your writing skill and send your work to iqbal_gamala@yahoo.com . It has to be your own sweat and blood, no copy paste! Once edited and declared eligible, your work will be posted on this blog, and licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 3.0 Unported License)


Iqbal Gamala


Kamis, 03 Mei 2012

Balada Malam



pekatnya malam tertidur nyenyak di bahuku,

menjemput bebutir air turun dari mata sembab ini,

sementara guruh tak berhujan-tak berpetir,

menggelinjangku bersama tangis,





duhai lindu,

hanyalah sajak dari kamar sempit ini,

yang setiap hari menjadi peraduanku tiap malam,

menyampaikan pagiku yang redup,

siangku yang gerah,

petangku yang angkuh,

dan malamku yang sembab:..




tautkan aku pada nafsumu

tanjaki napasku dengan tubuhmu,

biar kuhembus relungmu sejauh raungku ingin merogoh jiwamu,




panjati erangku dengan sahutmu,

setinggi kau bisa memancang hasratmu di darahku,




pijaki hawaku dengan bibirmu,

hingga kudekap kau dengan peluhku,




namun jangankanlah tenggak rohku,

betapa pun kan kau kejar lenguhanku,

kakimu tak kan mampu menapaki kerikil tajam di sepanjang tubuhku,

betapapun pelan kau mengendap,

tak akan nikmatmu mampu surut dari derasnya peluhku,




aku jua di antara tubuh-tubuh yang haus,

merindukan asmara yang tertatih-tatih,

menyusuri liku-liku sengsaraku,

yang enggan menggenggam janji belang,




aku pula tidur di sisi yang kosong,

ditinggal mereka yang lupa pada jantannya,




aku pula menenggak ludahku sendiri,

mendengar mereka meracau di sesak jantungku,




oh, hati yang luruh didera lindu,

lepaslah tambat ini dari jiwaku,

gurat wajahku nelangsa adanya,

penuh garis-garis yang lelah akan menunggu,

pula urat-urat beranjak semakin tua,





bila diri ini telah membangkai adanya,

aku hanya membeku menyesali pagi dan memaki pada petang,




"Mendung di waktu malam tak kan lah mampu kupandang,

pagi pun menaiki bukit bukanlah subuh yang sejuk dan damai,

takkanlah panas siang membukakan ruang yang tertutup,

dan petang pun hanya damai yang mengantarku menutup hari"




aku tetap diri yang membangkai,

mengenang seandainya gurat ini tak berkerut layaknya sekarang,

petang tak akan kusambut dengan geram,

karena telah menyeret pagi meninggalkanku...







1 JUNI 2009

IQBAL GAMALA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar