Categories

Suka menulis? Baru mencoba untuk menulis?
Kembangkan keahlian menulismu dan kirimkan ke iqbal_gamala@yahoo.com . Syaratnya simpel, harus karyamu sendiri. Setelah disunting dan dinyatakan layak tampil, karyamu akan dipost di blog ini dan diberikan Hak Cipta atas namamu (Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 3.0 Unported License).

Love to write? or just getting started to write?
Improve your writing skill and send your work to iqbal_gamala@yahoo.com . It has to be your own sweat and blood, no copy paste! Once edited and declared eligible, your work will be posted on this blog, and licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 3.0 Unported License)


Iqbal Gamala


Kamis, 03 Mei 2012

Dermaga Teluk Banda



ada bau garam dan amis
dan kita serta merta berpacu mengejarnya
bau tiang-tiang lapuk dan berlumut
bau tambang-tambang yang lembab dan usang
bau kerang-kerang busuk dan batu-batu licin


juga

suara-suara debur
pekikan elang dan kepakan sayap menghantam air
bunyi arus yang menderas
kayuhan yang melambat dan teriakan anak nelayan
duduk kita mengayun kaki di ujung dermaga


lalu


bersama kita mewarnai langit barat yang jingga kemayu
menyisir gari-garis laut yang bewarna tembaga
sementara surya melenggang
menghenyak diri di tepi cakrawala
dan kita pun duduk berduan di dermaga teluk ini


ada diam dan kita tetap melebar senyum menyambut senja mengurai di bentang langit
semburat merah perlahan menggelap dan menggerus sinar-sinar sejuk dari langit timur
perahu-perahu bagai mengembar di sisa cahaya yang masih berpendar
ombak menderas dan kudengar napasmu menghela


padamu duhai kesuma dewi


pemandangan ini adalah cahaya susut
pendar-pendar senja yang kikir dan semakin meninggalkan teluk
pudar pula kita yang mengayun kaki dari dermaga



laut kini lukisan yang kelam
tak berwarna dan tak berpendar
sorot langit kentara memburam
dan kudengar kau menghela lagi


tak berirama


kuduga kau merajuk surya hilang di balik karang
diam-diam meredup
kau menghambur angin
dengan hembusan kekecewaan dari mulutmu
menghalau bau amis dan menggelinjang di deru dingin yang mulai bertandang


kau rupa candu


bagai rembang-rembang malam di gugusan bintang di langit utara
menghujam cerutu di bibirmu yang menghitam
berubah ganas bersama angin yang mendarat
kau rupa candu


dan kita meretas jari



bak ilalang di jantung savana
terayun-ayun pula bagai nyiur
di daratan yang melengkung menjauhi samudera
kita tetap adanya diam memandang gusar lukisan hitam di hadapan


buruh telah pulang


punggung-punggung mereka terjerat tangisan anak dan raungan istri
berpeluh di wajah legamnya
sorot mata lelah memandang lembaran tipis di genggamannya


"duhai,


jarang-jarang ku berbicara pada buku-buku tanganku
pula tak pernah menggugat punggungku yang meradang
dahaga, dahaga, dahaga
lelah pula ku diteriaku istri"


matamu kemayu lelah kantuk
cahayanya hilang sejak tadi
tak ada pendar
hanya gelap tak berbayang


kau pula rupa candu
mengerucut bibirmu mengatup cerutu
membumbung kau hembus asap dan bubar di terpa hawamu
dan belum juga kau meracau


sesumbar


kau teluh daratan di racau angin
menggerus garam di hantaman ombak
arus yang ku belai tak jua keluar penyu
duh, malam tak berbintang


dan kau tetap sesumbar


dulu dengar cerita tua tua
mengumbar tentang gadis tanah rencong
yang berkerudung hitam dan berbibir mungil
dia hilang di dermaga ini
bersama kekasih dalam akhir yang hina
meretas perawannya
oleh jejaka biadab bernapsu buas
di subuh yang dingin


di dermaga teluk banda....





Agustus 2 2009
Iqbal Gamala

Tidak ada komentar:

Posting Komentar