Kami, sakit yang di tutup-tutupi
Kami, gelora yang berparas masam
Kami, sosial yang di lekuk-lekuk
Kami adalah sepotong nyawa ber-ibu anak sungai
Mengalir deras di sela bebatuan licin
Mencari-cari standan pasang untuk esok kami perah nyawa
darinya
Atau kami kehilangan sabar
Menguak-nguak belantara dan melempar tombak di tubuh kijang
liar
Karena kami mencari jantung disimbah duka
Kami berkaki kasar dan bau
Berkeringat susah di pinggir unggun
Dan menggigil hebat disandar bambu
Kami berahang tegas
Raut kami dalam
Kental oleh nelangsa
Badan kami setengah perjaka
Dan otak kami bebal di gulung janji
Kami,
Lihat...
Berbadan cungkring
Rusuk tajam berderet
Perut yang sejak awal alaf
Menggerendeng minta diisi
Kami, sosok yang bermuram durja
Sering merenung
Dan terlalu banyak makan asam garam
Kami, sosok yang geram
Menghibur diri bermain di tepi pantai
Bersimbah cahaya bulan
Menapak pasir lambat kemilau
Berteriak parau di bentang cakrawala
Sampaikan raut wajah kami pada tuan
Sampaikan geram kami
Sampaikan sakit kami
Sampaikan riak sungai kami
Sampaikan pada tuan disana
Hingga kami tak perlu memanggil
Tak perlu berpeluh
Tak perlu merenung
Tak perlu bermuram durja
Tak perlu hilang keperjakaan
Tak perlu memerah nyawa
Tak perlu mengoyak jantung
Hingga kami tak perlu sengsara dipeluk tuan...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar